بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Kemerdekaan yang hakiki adalah ketika seorang hamba mampu melepaskan diri dari peribadahan kepada selain Allah dan selalu berusaha menjauhi semua perbuatan maksiat.
Seorang hamba yang beribadah kepada selain Allah atau berbuat maksiat pada hakikatnya adalah hamba yang dijajah oleh setan dan terpenjara oleh hawa nafsunya.
Al-‘Allamah Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,
أَنَّ الْعَاصِيَ دَائِمًا فِي أَسْرِ شَيْطَانِهِ، وَسِجْنِ شَهَوَاتِهِ، وَقُيُودِ هَوَاهُ، فَهُوَ أَسِيرٌ مَسْجُونٌ مُقَيَّدٌ
“Orang yang bermaksiat selalu dalam tawanan setannya, dalam penjara syahwatnya dan belenggu hawa nafsunya, maka ia tertawan, terpenjara lagi terbelenggu." [Al-Jawaabul Kaafi, hal. 79]
Asy-Syaikh Al-'Allamah Ibnul 'Utsaimin rahimahullah berkata,
لست حرا في معصية الله، بل إنك إذا عصيت ربك فقد خرجت من الرق الذي تدعيه في عبودية الله إلى رق الشيطان والهوى
"Engkau tidak merdeka untuk berbuat maksiat kepada Allah, bahkan jika engkau bermaksiat kepada Rabbmu, maka engkau telah keluar dari penghambaan kepada Allah, memasuki penjajahan setan dan hawa nafsu." [Majmu' Al-Fatawa, 3/81]
HUKUM MENGATAKAN "SAYA MERDEKA"
Asy-Syaikh Al-'Allamah Ibnul 'Utsaimin rahimahullah berkata,
إذا قال ذلك رجل حر وأراد أنه حر من رق الخلق، فنعم هو حر من رق الخلق، وأما إن أراد أنه حر من رق العبودية لله - عز وجل - فقد أساء في فهم العبودية، ولم يعرف معنى الحرية، لأن العبودية لغير الله هي الرق أما عبودية المرء لربه - عز وجل - فهي الحرية
"Jika seorang berkata 'saya merdeka' dan yang ia maksudkan adalah merdeka dari penjajahan makhluk maka maknanya benar, ia memang harus merdeka dari penjajahan makhluk. Adapun jika yang ia maksudkan adalah merdeka dari penghambaan kepada Allah 'azza wa jalla maka ia telah salah besar dalam memahami penghambaan, dan ia tidak memahami arti kemerdekaan, karena penghambaan kepada selain Allah itulah penjajahan. Adapun penghambaan seseorang kepada Rabbnya 'azza wa jalla, maka itulah kemerdekaan." [Majmu' Al-Fatawa, 3/81]
HAKIKAT PENGHAMBAAN KEPADA ALLAH 'AZZA WA JALLA
Penghambaan kepada Allah adalah fitrah manusia, karena itulah tujuan hamba diciptakan, dan inilah jalan untuk menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Maka setan tidak akan pernah ridho jika manusia meraih kebahagiaan, ia akan selalu berusaha memalingkan manusia untuk beribadah kepada selai Allah 'azza wa jalla.
Allah 'azza wa jalla berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالأِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku saja.” [Adz-Dzariyyat: 56]
Dalam hadits qudsi, Allah 'azza wa jalla berfirman,
وَإِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ، وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ
“Dan aku menciptakan hamba-hamba-Ku seluruhnya dalam keadaan hunafa’, berpaling dari semua sesembahan selain Allah dan menghamba hanya kepada-Nya, dan sesungguhnya setan-setan mendatangi mereka, lalu memalingkan mereka dari agama mereka.” [HR. Muslim dari ‘Iyadh bin Himar Al-Mujasyi’i radhiyallahu’anhu]
Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,
هربوا من الرق الذي خلقوا له
وبلوا برق النفس والشيطان
"Mereka berpaling dari peribadahan kepada Allah yang merupakan tujuan mereka diciptakan, maka mereka menjadi budak nafsu dan setan." [Al-Kaafiyah Asy-Syaafiyah melalui Syarhul Aqidah Al-Wasithiyah, 2/466]
Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata,
أن وصف الإنسان بالعبودية لله يعد كمالاً، لأن العبودية لله هي حقيقة الحرية، فمن لم يتعبد له، كان عابداً لغيره
"Bahwa sifat manusia beribadah kepada Allah adalah kesempurnaan baginya, karena penghambaan kepada Allah adalah HAKIKAT KEMERDEKAAN, barangsiapa yang tidak menghamba kepada Allah maka dia adalah hamba selain-Nya." [Syarhul Aqidah Al-Wasithiyah, 2/466]
Ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray, Lc hafizhahullah
No comments:
Post a Comment