اَلْمَسْأَلَةُ اَلثَّالِثَةُ :اَلْمَاءُ إِذَا خَالَطَتُهُ نَجَاسَةٌ
اَلْمَاءُ إِذَاخَالَطَتُهُ نَجَاسَةٌ فَغَيَّرَتْ أَحَدَ أَوْصَافِهِ
الثَّلاَثَةُ:رِيْحَهُ,أَوْ طَعْمَهُ, أَوْ لَوْنَهُ
-فَهُوَ نَجِسٌ بِالْإِجْمَاءِ لَا يَجُوْزُاسْتِعْمَالُهُ , فَلاَ
يَرْفَعُ الْحَدَثَ, وَلاَيُزِيْلُ الْخَبَثَ سَوَاءٌ كَانَ كَثِيْرً أَوْ
قَلِيْلاً أَمَّا إِنْ خَالَطَتُهُ النَّجَاسَةُ وَلَمْ تُغَيِّرْ أَحَدَ أَوْ
صَافِهِ فِإنْ كَانَ كَثِيْرًا لَمْ يَنْجُسْ وَتَحْصُلُ الطَّهَارَةُ بِهِ, وَأَمَّا
إِنْ كَانَ قَلِيْلاً فَيَنْجُسْ
, وَلاَ تَحْصُلُ الطَّهَارَةُ بِهِ
Masalah yang
ketiga:air mutlak apabila bercampur dengan najis.
Air mutlak apabila
bercampur dengan najis lalu merubah salah satu dari 3 sifat air yaitu baunya,
rasanya, dan warnanya maka air tersebut manjadi najis berdasarkan kesepakatan
para ulama dalam hal ini maka berarti tidak boleh digunakan. Maka air yang demikian tidak akan bisa
mengangkat hadast ketika wudu atau mandi dan tidak bisa menghilangkan najis
ketika mencuci, karena air itu telah menjadi najis, sama saja air itu banyak
atau sedikit. adapun jika air tersebut bercampur dengan najis tidak memberikan
perubahan dari salah satu sifat tersebut apa hukumnya, setelah diperiksa dia
tidak merubah rasa, bau dan warnanya, apa hukum air yang demikian yang
bercampur dengan najis namun tidak merubah salah satu dari 3 sifat, kata beliau apabila jumlah air
itu banyak maka air itu tidak menjadi najis dan boleh bersuci dengannya
kalauair itu banyak adapun jika jumlah air itu sedikit, maka menjadi najis
meskipun tidak merubah salah satu dari 3 sifat tersebut. dan tidak boleh
bersuci dengannya, tidak diperbolehkan bersuci dengan air tersebut,
. وَحَدُّ اْلمَاءِ الْكَثِيْرِ مَابَلَغَ
قُلَّتَيْنِ فَأَكْثَرَ , وَالْقَلِيْلُ مَادُوْنَ ذَلِكَ
dan batasan air
yang banyak yaitu air yang mencapai dua kulah atau lebih dan air yang sedikit
itu air yang kurang dua kulah
اَلْقُلَّةُ هِيَ اَلْجَرَّةُ, جَمْعُهَا قُلَلٌ وَقِلَالٌ.وَهِيَ
تُسَاوِيْ مَايُقَارِبُ ٩٣،٠٧٥
صَاعًا≈١٦٠،٥
لِتْرًا مِنَ اْلمَاءِ, وَالْقُلَّتَانِ خَمْسُ قِرَبٍ تَقْرِيْبًا
Kullah itu
bersinonim dengan Jarroh artinya dalam bahasa Indonesia gentong besar
(tempayan), jamak dari kullah kulal atau kilaal. Satu kulah setara dengan
93,075 sho yang juga setara dengan 160,5 liter air. Dua kullah itu kira-kira
sama dengan 5 kirob (wadah kulit musafir).
. وَالدَّلِيْلُ عَلَى ذَلِكَ حَدِيْثُ أَبِيْ
سَعِيْدُ الْخُدْرِيْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اْلمَاءَ طَهُوْرٌ لَا يَنَجِّسُهُ شَيْءٌ
وَحَدِيْثُ
إِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال:إذابَلَغَ الْمَاءُ قُلَّتَيْنِ لَمْ يَحْمِلِ الْخَبَثَ
dalil terhadap
pendapat tersebut yaitu hadist Abi Said Al Khudri semoga Allah meridhoinya
berkata Nabi muhammad SAW :
"sesungguhnya
air itu suci dan mensucikan tidaklah dinajiskan dengan sesuatu apapun"
(maksudnya selama tidak ada yang berubah dari 3 sifat tersebut maka air itu
suci dan mensucikan) (HR Ahmad No I5/3, Abu Dawud No 6I, Nasai No 277).
Tirmidzi No 66, Hadist disohihkan Al Albani dalam Irwa 45/I).
dan Hadist Ibnu Umar semoga Allah meridhoi keduanya:
"apabila air tersebut mencapai dua kulah maka air tersebut
tidak akan membawa najis" (HR Ahmad 27/2, Abu Dawud No 63, Tirmidzi
67, Nasai No 52, Ibnu Majah No 5I7 dishohikan Al Albani dalam Irwa 45/I)
Kota Baru Ujung, 21
Robiuts Tsani 1438 H/ 12 Januari 2017
Abu Aisyah (Dodi
Iskandar, S.Si, M.Pd)
Referensi:
Fikhul Muyassar Fii
Daui Kitabi Wasunnah. Prof Dr Abdul Aziz MAbruk Al-Ahmadi, Prof. Dr. Abdul
Karim Bin Shunaitan Al-Amri, Prof Dr Abdullah Bin Fahd Asy-Syarif dan Prof Dr
Faihan Bin Syali Al-Muthairi. Majmu'ul malik Fahd. hal 3
No comments:
Post a Comment